Intip 7 Manfaat Daun Kecubung, Khasiat yang Wajib Kamu Intip!

Rabu, 6 Agustus 2025 oleh journal

Kecubung, tanaman yang dikenal dengan bunganya yang indah, memiliki daun yang secara tradisional dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Pemanfaatan ini mencakup potensi dalam mengatasi masalah pernapasan, meredakan nyeri, dan bahkan sebagai obat penenang. Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan tanaman ini memerlukan kehati-hatian dan pengawasan karena kandungan senyawa aktifnya yang dapat menimbulkan efek samping serius jika tidak digunakan dengan benar.

"Penggunaan tanaman kecubung untuk tujuan pengobatan memerlukan perhatian serius. Meskipun terdapat potensi manfaat, risiko efek samping yang ditimbulkan tidak boleh diabaikan. Konsultasi dengan tenaga medis profesional sangat penting sebelum mempertimbangkan penggunaannya."

Intip 7 Manfaat Daun Kecubung, Khasiat yang Wajib Kamu Intip!

- Dr. Amelia Rahmawati, Spesialis Farmakologi Klinik.

Perdebatan mengenai potensi terapeutik tanaman kecubung terus berlanjut di kalangan peneliti dan praktisi kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya senyawa aktif seperti alkaloid tropan (scopolamine, atropine, hyoscyamine) yang berpotensi memiliki efek antispasmodik, analgesik, dan bronkodilator. Secara tradisional, ekstrak dari tanaman ini telah digunakan untuk mengatasi asma, nyeri sendi, dan insomnia. Namun, alkaloid tropan bersifat sangat kuat dan dosis yang berlebihan dapat menyebabkan efek samping serius seperti delirium, halusinasi, kejang, koma, bahkan kematian. Oleh karena itu, penggunaan ekstrak kecubung, terlepas dari bentuk sediaannya, memerlukan pengawasan medis ketat. Riset lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara menyeluruh mekanisme kerja, efektivitas, dan keamanan penggunaan senyawa-senyawa ini dalam konteks medis modern. Masyarakat dihimbau untuk tidak menggunakan ramuan dari tanaman ini tanpa rekomendasi dan pengawasan dokter.

Manfaat Daun Kecubung

Pemanfaatan daun kecubung dalam pengobatan tradisional telah lama dikenal. Meskipun demikian, penting untuk memahami bahwa potensi manfaatnya harus diimbangi dengan kesadaran akan risiko yang mungkin timbul. Berikut adalah beberapa aspek manfaat yang perlu diperhatikan:

  • Meredakan nyeri (analgesik)
  • Menurunkan peradangan (anti-inflamasi)
  • Mengatasi asma (bronkodilator)
  • Mengurangi kejang (antikonvulsan)
  • Efek penenang (sedatif)
  • Mengatasi insomnia
  • Mengurangi produksi lendir

Penggunaan daun kecubung, meskipun memiliki potensi manfaat seperti meredakan nyeri dan peradangan, harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Contohnya, efek bronkodilatornya dapat membantu penderita asma, namun dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan efek samping serius. Penggunaan tradisionalnya sebagai sedatif atau antikonvulsan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keamanannya. Penting untuk diingat bahwa manfaat-manfaat ini harus dievaluasi secara kritis dalam konteks risiko yang menyertainya, dan konsultasi medis sangat disarankan sebelum mempertimbangkan penggunaannya.

Meredakan nyeri (analgesik)

Salah satu aplikasi tradisional tanaman kecubung adalah sebagai pereda nyeri, atau analgesik. Efek ini dikaitkan dengan keberadaan senyawa-senyawa alkaloid tropan, seperti scopolamine dan atropine, yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi sistem saraf pusat. Secara spesifik, senyawa-senyawa ini dapat memblokir reseptor asetilkolin, yang berperan dalam transmisi sinyal nyeri. Dengan menghambat aktivitas reseptor ini, persepsi nyeri dapat berkurang. Namun, mekanisme ini juga bertanggung jawab atas efek samping serius yang mungkin timbul. Dosis yang efektif untuk meredakan nyeri sangat dekat dengan dosis yang dapat menyebabkan toksisitas, sehingga penggunaan tanaman ini sebagai analgesik memerlukan kehati-hatian ekstrem dan pemahaman mendalam tentang farmakologi senyawa aktifnya. Studi klinis yang validasi efektivitas dan keamanan penggunaan ini masih terbatas, sehingga penggunaannya dalam konteks medis modern memerlukan evaluasi yang ketat dan pengawasan oleh tenaga medis profesional.

Menurunkan peradangan (anti-inflamasi)

Potensi efek anti-inflamasi merupakan salah satu aspek yang dikaitkan dengan pemanfaatan tanaman kecubung. Meskipun demikian, klaim ini memerlukan kajian mendalam dan verifikasi ilmiah yang lebih ketat, mengingat profil risiko yang melekat pada tanaman ini. Keberadaan senyawa tertentu dalam daun kecubung diduga berkontribusi pada efek ini, namun mekanisme kerjanya belum sepenuhnya dipahami.

  • Senyawa Aktif yang Berpotensi Anti-Inflamasi

    Beberapa penelitian pendahuluan mengindikasikan bahwa alkaloid tropan, seperti scopolamine dan atropine, mungkin memiliki aktivitas anti-inflamasi. Namun, efek ini seringkali terlihat pada dosis yang mendekati dosis toksik, sehingga membatasi penggunaannya secara praktis. Selain itu, senyawa lain dalam daun kecubung mungkin berkontribusi pada efek anti-inflamasi, meskipun penelitian tentang hal ini masih terbatas.

  • Mekanisme Kerja yang Belum Sepenuhnya Dipahami

    Mekanisme pasti bagaimana ekstrak daun kecubung dapat menurunkan peradangan masih belum jelas. Beberapa hipotesis melibatkan modulasi respons imun, penghambatan produksi sitokin pro-inflamasi, atau interaksi dengan jalur sinyal inflamasi. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi mekanisme-mekanisme ini dan menentukan relevansinya dalam konteks klinis.

  • Penggunaan Tradisional dalam Pengobatan Peradangan

    Dalam beberapa sistem pengobatan tradisional, daun kecubung telah digunakan untuk mengatasi kondisi peradangan seperti nyeri sendi dan ruam kulit. Namun, praktik-praktik ini seringkali tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat dan dapat menimbulkan risiko serius jika tidak dilakukan dengan benar.

  • Risiko dan Pertimbangan Keamanan

    Penting untuk ditekankan bahwa penggunaan daun kecubung untuk tujuan anti-inflamasi harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan di bawah pengawasan medis. Efek samping yang potensial, seperti delirium, halusinasi, dan koma, dapat mengimbangi manfaat yang mungkin diperoleh. Oleh karena itu, penggunaan daun kecubung sebagai anti-inflamasi hanya dapat dipertimbangkan jika manfaatnya jelas lebih besar daripada risikonya.

  • Keterbatasan Bukti Ilmiah

    Bukti ilmiah yang mendukung klaim anti-inflamasi daun kecubung masih sangat terbatas. Sebagian besar penelitian yang ada bersifat pendahuluan atau dilakukan pada hewan. Diperlukan uji klinis terkontrol dengan ukuran sampel yang lebih besar untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan penggunaan daun kecubung sebagai anti-inflamasi pada manusia.

  • Alternatif yang Lebih Aman dan Efektif

    Mengingat risiko yang terkait dengan penggunaan daun kecubung, terdapat alternatif anti-inflamasi yang lebih aman dan efektif yang tersedia. Obat-obatan anti-inflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid, dan terapi fisik adalah beberapa contoh pendekatan yang lebih aman dan telah terbukti efektif dalam mengatasi berbagai kondisi peradangan.

Secara keseluruhan, meskipun terdapat beberapa bukti yang menunjukkan potensi efek anti-inflamasi, penggunaan daun kecubung harus didekati dengan hati-hati dan hanya dipertimbangkan sebagai pilihan terakhir setelah mempertimbangkan alternatif yang lebih aman dan efektif. Konsultasi dengan profesional kesehatan sangat penting untuk menentukan apakah penggunaan daun kecubung sesuai dan aman dalam setiap kasus individual.

Mengatasi asma (bronkodilator)

Potensi efek bronkodilator tanaman kecubung, yang mengacu pada kemampuannya untuk melebarkan saluran pernapasan, menjadi salah satu alasan mengapa tanaman ini secara tradisional digunakan dalam pengobatan asma. Namun, pemahaman yang mendalam tentang mekanisme kerja dan risiko yang terkait sangat penting sebelum mempertimbangkan penggunaan ini.

  • Alkaloid Tropan sebagai Bronkodilator

    Senyawa alkaloid tropan, seperti atropin dan scopolamin, yang terdapat dalam daun kecubung, memiliki efek antikolinergik. Efek ini bekerja dengan menghambat aksi asetilkolin pada reseptor di otot polos saluran pernapasan, menyebabkan otot-otot ini relaksasi dan memperlebar saluran udara. Kondisi ini secara teoritis dapat meringankan gejala asma seperti sesak napas dan mengi.

  • Penggunaan Tradisional dalam Pengobatan Asma

    Dalam beberapa budaya, daun kecubung telah digunakan dalam bentuk rokok herbal atau ramuan untuk meredakan serangan asma. Praktik ini didasarkan pada keyakinan bahwa asap atau ekstrak dari daun tersebut dapat membuka saluran pernapasan dan mempermudah pernapasan. Namun, efektivitas dan keamanan praktik ini belum teruji secara ilmiah.

  • Risiko dan Efek Samping yang Serius

    Meskipun memiliki potensi efek bronkodilator, penggunaan daun kecubung untuk mengatasi asma sangat berisiko. Alkaloid tropan bersifat sangat kuat dan dapat menyebabkan efek samping serius seperti mulut kering, penglihatan kabur, peningkatan denyut jantung, agitasi, delirium, halusinasi, dan bahkan koma. Dosis terapeutik sangat dekat dengan dosis toksik, sehingga sangat sulit untuk mengontrol efeknya dengan aman.

  • Interaksi Obat yang Potensial

    Senyawa dalam daun kecubung dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain yang digunakan untuk mengobati asma, seperti beta-agonis dan kortikosteroid inhalasi. Interaksi ini dapat meningkatkan risiko efek samping atau mengurangi efektivitas obat-obatan tersebut. Oleh karena itu, penggunaan daun kecubung bersamaan dengan obat asma lainnya harus dihindari.

  • Kurangnya Bukti Ilmiah yang Kuat

    Bukti ilmiah yang mendukung penggunaan daun kecubung sebagai bronkodilator untuk mengobati asma masih sangat terbatas. Sebagian besar bukti yang ada bersifat anekdotal atau berasal dari penelitian kecil dengan metodologi yang kurang ketat. Diperlukan uji klinis yang lebih besar dan terkontrol dengan baik untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan penggunaan ini secara definitif.

  • Alternatif Pengobatan Asma yang Lebih Aman dan Efektif

    Saat ini, terdapat berbagai macam obat-obatan yang aman dan efektif untuk mengobati asma, seperti beta-agonis inhalasi, kortikosteroid inhalasi, dan antagonis leukotrien. Obat-obatan ini telah teruji secara klinis dan direkomendasikan oleh pedoman pengobatan asma internasional. Menggunakan daun kecubung sebagai pengganti atau pelengkap pengobatan asma standar tidak dianjurkan.

Meskipun secara tradisional dikaitkan dengan potensi dalam mengatasi asma melalui efek bronkodilatornya, risiko serius yang terkait dengan penggunaan daun kecubung jauh lebih besar daripada manfaat yang mungkin diperoleh. Pendekatan yang aman dan efektif dalam pengelolaan asma harus menjadi prioritas utama, dengan memanfaatkan terapi medis modern yang telah terbukti secara ilmiah dan direkomendasikan oleh profesional kesehatan.

Mengurangi kejang (antikonvulsan)

Klaim bahwa ekstrak tanaman kecubung memiliki efek antikonvulsan, atau kemampuan untuk mengurangi atau menghentikan kejang, muncul dari kandungan senyawa aktifnya, terutama alkaloid tropan. Beberapa penelitian, yang sebagian besar dilakukan secara in vitro atau pada hewan, menunjukkan bahwa senyawa seperti scopolamine dan atropine dapat memengaruhi aktivitas neurotransmiter di otak, yang berpotensi menekan aktivitas kejang. Mekanisme yang mendasarinya diduga melibatkan modulasi sistem kolinergik, yang berperan penting dalam eksitabilitas neuron. Namun, penting untuk dicatat bahwa efek antikonvulsan ini seringkali diamati pada dosis yang mendekati tingkat toksik, sehingga membatasi aplikasinya secara klinis. Selain itu, efek samping yang ditimbulkan oleh alkaloid tropan, seperti delirium, halusinasi, dan disorientasi, dapat memperburuk kondisi pasien yang rentan terhadap kejang. Karena alasan ini, penggunaan ekstrak tanaman ini sebagai antikonvulsan memerlukan pertimbangan yang sangat hati-hati dan hanya boleh dilakukan di bawah pengawasan medis ketat. Uji klinis yang memadai pada manusia diperlukan untuk menentukan efektivitas dan keamanannya, serta untuk membandingkannya dengan obat antikonvulsan yang tersedia saat ini, yang memiliki profil keamanan yang lebih baik.

Efek penenang (sedatif)

Tanaman kecubung, dikenal dengan kandungan alkaloid tropan seperti scopolamine, atropine, dan hyoscyamine, seringkali dikaitkan dengan efek sedatif atau penenang. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan cara memengaruhi sistem saraf pusat, khususnya dengan menghambat aktivitas neurotransmitter asetilkolin. Asetilkolin berperan dalam berbagai fungsi tubuh, termasuk kewaspadaan dan eksitasi. Dengan menghambat aksi asetilkolin, alkaloid tropan dapat menurunkan aktivitas otak, menyebabkan perasaan tenang, kantuk, dan bahkan hilangnya kesadaran pada dosis yang lebih tinggi. Dalam konteks tradisional, ekstrak tanaman ini kadang-kadang digunakan untuk mengatasi insomnia atau kegelisahan. Namun, penting untuk ditekankan bahwa efek sedatif ini hadir bersamaan dengan risiko efek samping yang signifikan dan berpotensi fatal. Dosis yang diperlukan untuk mencapai efek penenang seringkali mendekati dosis toksik, yang dapat menyebabkan delirium, halusinasi, kejang, koma, dan bahkan kematian. Penggunaan untuk tujuan sedatif tanpa pengawasan medis sangat tidak dianjurkan, mengingat profil risiko yang tinggi dan ketersediaan alternatif sedatif yang lebih aman dan terkontrol.

Mengatasi insomnia

Insomnia, kondisi kesulitan tidur atau mempertahankan tidur, menjadi perhatian signifikan bagi kesehatan masyarakat. Dalam konteks pemanfaatan tanaman tradisional, daun kecubung terkadang disebut-sebut memiliki potensi dalam mengatasi masalah ini. Namun, pendekatan terhadap penggunaan tanaman ini memerlukan kehati-hatian ekstrem mengingat profil risiko yang terkait.

  • Senyawa Alkaloid dan Efek pada Sistem Saraf Pusat

    Kandungan utama daun kecubung adalah alkaloid tropan, seperti scopolamine dan atropine, yang memiliki efek signifikan pada sistem saraf pusat. Senyawa ini dapat memengaruhi neurotransmiter yang berperan dalam siklus tidur-bangun, berpotensi menyebabkan efek sedatif atau penenang yang dapat membantu individu yang mengalami insomnia. Namun, efek ini sangat tidak terprediksi dan bergantung pada dosis yang sangat kecil.

  • Penggunaan Tradisional dan Risiko yang Terkait

    Dalam beberapa praktik pengobatan tradisional, daun kecubung telah digunakan sebagai ramuan untuk mengatasi insomnia. Akan tetapi, penggunaan ini sangat berisiko karena margin antara dosis terapeutik dan dosis toksik sangat sempit. Efek samping seperti delirium, halusinasi, dan bahkan koma dapat terjadi jika dosis yang tepat tidak diperhatikan, menjadikan pendekatan ini sangat berbahaya.

  • Mekanisme Kerja yang Belum Sepenuhnya Dipahami

    Meskipun terdapat klaim mengenai potensi manfaatnya dalam mengatasi insomnia, mekanisme kerja alkaloid tropan dalam memengaruhi tidur belum sepenuhnya dipahami. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi bagaimana senyawa-senyawa ini berinteraksi dengan reseptor dan jalur saraf yang terlibat dalam regulasi tidur.

  • Perbandingan dengan Opsi Pengobatan Insomnia yang Lebih Aman

    Dibandingkan dengan obat-obatan resep yang dirancang khusus untuk mengatasi insomnia, penggunaan daun kecubung sebagai alternatif memiliki profil risiko yang jauh lebih tinggi. Obat-obatan seperti benzodiazepin atau agonis reseptor melatonin memiliki mekanisme kerja yang lebih spesifik dan dosis yang lebih terukur, sehingga memberikan pendekatan yang lebih aman dan terkontrol untuk mengatasi insomnia.

  • Pentingnya Konsultasi Medis dan Alternatif yang Lebih Aman

    Individu yang mengalami insomnia sebaiknya mencari nasihat dari profesional kesehatan terlatih. Dokter atau spesialis tidur dapat merekomendasikan pendekatan pengobatan yang sesuai, yang mungkin meliputi terapi perilaku kognitif, perubahan gaya hidup, atau penggunaan obat-obatan yang telah teruji secara klinis. Menggunakan daun kecubung sebagai pengobatan sendiri untuk insomnia sangat tidak disarankan karena risiko yang signifikan.

Meskipun potensi efek sedatif daun kecubung dapat menarik bagi sebagian orang yang mencari solusi untuk insomnia, risiko yang terkait jauh lebih besar daripada manfaat yang mungkin diperoleh. Pendekatan yang aman dan efektif untuk mengatasi insomnia melibatkan konsultasi medis, diagnosis yang tepat, dan penggunaan terapi yang terbukti secara ilmiah.

Mengurangi produksi lendir

Dalam konteks pemanfaatan tanaman Datura metel (kecubung), klaim mengenai pengurangan produksi lendir berkaitan dengan kandungan senyawa aktif, khususnya alkaloid tropan. Secara tradisional, ekstrak dari tanaman ini terkadang digunakan untuk mengatasi kondisi yang melibatkan produksi lendir berlebihan, seperti pada kasus pilek, batuk, atau kondisi pernapasan tertentu. Mekanisme yang mendasari efek ini diduga melibatkan aktivitas antikolinergik alkaloid tropan, yang dapat menghambat kerja sistem saraf parasimpatis. Sistem ini berperan dalam mengatur sekresi berbagai kelenjar di tubuh, termasuk kelenjar penghasil lendir di saluran pernapasan. Dengan menghambat aktivitas sistem parasimpatis, produksi lendir dapat berkurang.

Namun, penting untuk ditekankan bahwa penggunaan tanaman ini untuk tujuan tersebut sangat berisiko. Efek samping dari alkaloid tropan, seperti mulut kering, penglihatan kabur, peningkatan denyut jantung, dan gangguan kognitif, dapat mengimbangi manfaat yang mungkin diperoleh. Selain itu, dosis yang efektif untuk mengurangi produksi lendir sangat dekat dengan dosis toksik, sehingga sulit untuk mencapai efek terapeutik tanpa menimbulkan efek samping yang serius. Oleh karena itu, penggunaan ekstrak kecubung untuk mengurangi produksi lendir tanpa pengawasan medis ketat sangat tidak dianjurkan. Terdapat alternatif pengobatan yang lebih aman dan efektif untuk mengatasi kondisi yang melibatkan produksi lendir berlebihan, yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu.

Perlu ditegaskan bahwa klaim mengenai pengurangan produksi lendir oleh Datura metel masih memerlukan penelitian ilmiah yang lebih mendalam. Sebagian besar bukti yang ada bersifat anekdotal atau berasal dari praktik pengobatan tradisional tanpa validasi ilmiah yang kuat. Uji klinis terkontrol diperlukan untuk menentukan efektivitas dan keamanan penggunaan tanaman ini dalam konteks pengurangan produksi lendir, serta untuk membandingkannya dengan pengobatan konvensional yang tersedia.

Tips Pemanfaatan dengan Hati-hati

Penggunaan tanaman yang mengandung senyawa aktif memerlukan pertimbangan matang dan pemahaman mendalam tentang potensi risiko yang terlibat. Informasi berikut bertujuan memberikan panduan dalam menghadapi potensi manfaat dengan tetap mengutamakan keselamatan.

Tip 1: Konsultasi dengan Profesional Kesehatan
Sebelum mempertimbangkan penggunaan tanaman apa pun untuk tujuan pengobatan, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli herbal yang berkualifikasi. Mereka dapat memberikan penilaian yang tepat terhadap kondisi kesehatan individu, potensi interaksi dengan obat lain yang sedang dikonsumsi, dan memberikan rekomendasi yang sesuai.

Tip 2: Pemahaman Dosis yang Tepat
Jika profesional kesehatan merekomendasikan penggunaan tanaman tertentu, ikuti instruksi dosis dengan cermat. Dosis yang tepat dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti usia, berat badan, dan kondisi kesehatan individu. Jangan pernah melebihi dosis yang dianjurkan, karena hal ini dapat meningkatkan risiko efek samping yang merugikan.

Tip 3: Pengenalan Efek Samping yang Mungkin Timbul
Sebelum menggunakan tanaman apa pun, pelajari tentang potensi efek samping yang dapat terjadi. Jika mengalami efek samping yang tidak diinginkan, segera hentikan penggunaan dan konsultasikan dengan profesional kesehatan. Efek samping dapat bervariasi dari ringan hingga serius, dan penting untuk mewaspadai tanda-tanda peringatan.

Tip 4: Memperoleh Produk dari Sumber Terpercaya
Pastikan untuk memperoleh produk herbal atau tanaman dari sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi baik. Hindari membeli produk dari sumber yang tidak jelas atau meragukan, karena produk tersebut mungkin tidak mengandung bahan aktif yang tepat atau terkontaminasi dengan zat berbahaya. Periksa label produk dengan cermat dan pastikan produk tersebut telah diuji kualitasnya.

Pemanfaatan sumber daya alam untuk kesehatan memerlukan tanggung jawab dan kesadaran akan potensi risiko. Dengan mengikuti panduan ini, diharapkan dapat meminimalkan risiko dan memaksimalkan potensi manfaat yang diperoleh.

Bukti Ilmiah dan Studi Kasus

Pemanfaatan ekstrak tanaman Datura metel dalam berbagai praktik pengobatan tradisional telah lama dilakukan. Akan tetapi, landasan ilmiah yang mendukung efektivitas dan keamanan penggunaan tersebut masih terbatas dan seringkali kontradiktif. Beberapa studi in vitro dan in vivo pada hewan menunjukkan adanya potensi efek farmakologis dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun tanaman ini, seperti alkaloid tropan (scopolamine, atropine, hyoscyamine). Efek-efek tersebut meliputi aktivitas antikolinergik, analgesik, anti-inflamasi, dan bronkodilator.

Namun, penting untuk dicatat bahwa sebagian besar studi tersebut memiliki keterbatasan metodologis, termasuk ukuran sampel yang kecil, kurangnya kelompok kontrol yang memadai, dan dosis yang tidak relevan secara klinis. Selain itu, hasil studi pada hewan tidak selalu dapat diekstrapolasi secara langsung ke manusia, mengingat perbedaan fisiologis dan metabolisme yang signifikan. Studi klinis terkontrol dengan partisipan manusia sangat diperlukan untuk mengevaluasi secara definitif efektivitas dan keamanan penggunaan ekstrak tanaman Datura metel dalam berbagai kondisi medis.

Beberapa laporan kasus (case reports) telah mendokumentasikan efek samping serius dan bahkan fatal akibat penggunaan tanaman Datura metel, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Efek samping tersebut meliputi delirium, halusinasi, agitasi, takikardia, midriasis, retensi urin, kejang, koma, dan gagal napas. Laporan-laporan kasus ini menggarisbawahi potensi toksisitas yang tinggi dari tanaman ini dan perlunya kehati-hatian ekstrem dalam penggunaannya. Perdebatan mengenai potensi terapeutik tanaman Datura metel terus berlanjut di kalangan peneliti dan praktisi kesehatan. Beberapa pihak berpendapat bahwa manfaat potensialnya dapat melebihi risikonya dalam kondisi tertentu, asalkan digunakan dengan dosis yang sangat rendah dan di bawah pengawasan medis ketat. Namun, pihak lain menekankan bahwa risiko toksisitas dan efek samping yang serius jauh lebih besar daripada manfaat yang mungkin diperoleh, dan merekomendasikan untuk menghindari penggunaan tanaman ini sama sekali.

Mengingat kompleksitas dan kontroversi seputar pemanfaatan tanaman Datura metel, masyarakat dihimbau untuk mendekati informasi yang tersedia dengan sikap kritis dan berbasis bukti. Konsultasi dengan profesional kesehatan yang berkualifikasi sangat penting sebelum mempertimbangkan penggunaan tanaman ini untuk tujuan pengobatan apa pun. Keputusan harus didasarkan pada evaluasi yang cermat terhadap risiko dan manfaat potensial, serta mempertimbangkan alternatif pengobatan yang lebih aman dan efektif yang tersedia.